You Only Live Once (YOLO)
Tahukah Rilfriends bahwa YOLO sebenarnya adalah motto yang dipopulerkan oleh Aubrey Drake Graham?
Drake merupakan seorang penyanyi, rapper, dan penulis lagu asal Kanada yang mempopulerkan istilah YOLO untuk menginspirasi banyak orang untuk tidak takut akan tantangan dan mewujudkan perilaku berdasar keinginan hati karena hidup hanyalah sekali. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat pemahaman bahwa YOLO memungkinkan orang untuk bebas mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi di masa mendatang.
Hadirnya motto YOLO, membuat munculnya mentalitas pembenaran bahwa tidak masalah memiliki perilaku impulsif dan sembrono karena belum tentu memiliki kesempatan hidup kedua. Padahal pemahaman YOLO yang keliru dalam jangka panjang dapat berdampak pada adanya permasalahan finansial yang serius.
Hadirnya motto YOLO, membuat munculnya mentalitas pembenaran bahwa tidak masalah memiliki perilaku impulsif dan sembrono karena belum tentu memiliki kesempatan hidup kedua. Padahal pemahaman YOLO yang keliru dalam jangka panjang dapat berdampak pada adanya permasalahan finansial yang serius.
“Tidak masalah aku membeli tas merk X dan jam Y, bukannya hidup hanya sekali dan uang bisa dicari?”
“Selagi aku masih bekerja dan masih single, aku ingin berlibur ke Bali dan keliling Eropa. Lagipula aku masih muda, uang bisa kukumpulkan dalam waktu singkat”
“Saat anak-anak masih kecil, aku harus bisa mengajak mereka keliling Indonesia. Untuk biaya sekolah dan masa depan anak, bisa dipikir setelah mereka usia 10 tahun”
Cara berpikir YOLO seringkali mengabaikan tentang tanggung jawab anggaran pengeluaran dan pemasukan yang ideal. Hana Song (2017) mempercayai bahwa motto YOLO berbeda dengan konsep self-control, yang melibatkan kemampuan mengendalikan emosi, pikiran, dan mewujudkan perilaku dengan strategi dan upaya yang lebih dapat diterima secara sosial.
Orang yang mengembangkan self-control ditemukan memiliki kepuasan hidup, kebahagiaan, pencapaian kinerja, kesehatan fisik mental, dan lebih mampu mengembangankan relasi sosial yang baik bila dibandingkan dengan orang yang menganut motto YOLO. Bila Rilfriends mengalami kesulitan mengendalikan YOLO dalam diri dapat mencoba melakukan penanganan pertama dengan cara:
- Pahami kondisi diri saat ini. Coba mulai memahami mengapa pikiran tersebut dapat muncul, apa faktor yang mendasarinya
- Alihkan fokus. Saat Rilfriends memahami alasan munculnya pikiran, coba alihkan fokus pada alasan-alasan yang sifatnya lebih mendesak dan penting. Contohnya, saat Rilfriends ingin membeli tas merk X karena alasan model yang lucu dan stock terbatas, coba alihkan dengan kebutuhan lain seperti tagihan kartu kredit yang semakin besar, kebutuhan menabung karena ekonomi yang semakin tidak terprediksi, dan lain sebagainya
- Nilai kembali dengan membuat list dampak negatif. Beri waktu diri sendiri untuk memahami lebih mendalam tentang dampak negatif apa saja bila Rilfriends menuruti dorongan itu. Coba bagi dampak negatif menjadi dua bagian yaitu negatif jangka pendek dan negatif jangka panjang yang dapat mempengaruhi masa depan
Apabila Rilfriends merasa kesulitan mengikuti tips-tips penanganan pertama mengembangkan self-control karena motto YOLO telah mengakar dalam jangka panjang, tidak perlu merasa khawatir ataupun kecewa. Rilfriends harus tahu bahwa kebiasaan yang telah ada dalam jangka lama seringkali sulit untuk mengubah bila tidak dilakukan secara konsisten dan dengan strategy coping yang tepat.
Rilfriends dapat memulai dengan berkonsultasi dengan profesional @rilis_mi melalui Direct Message (DM). Konselor akan membantumu memahami bagaimana konsep YOLO yang tepat sehingga dapat mengembangkan potensi, memahami kondisi, mengembangkan metode terkait respon terhadap stress, dan berujung pada menemukan resolusi permasalahan terbaik. Dampak jangka panjangnya adalah pemaksimalan pengalaman mengarahkan pada pengaktifan amigdala yang mengarah pada kepuasan dan ketenangan diri (Weierich et al., 2010).
Foto: Unicef