Quiet Quitters

Quiet quitters

Halo, Rilfriends pernah dengar istilah quiet quitters di dunia kerja? Atau jangan-jangan ada rekan kerja kamu yang masuk dalam kategori quiet quitters?

Fenomena quiet quitters semakin marak terjadi semenjak hadirnya opsi kerja Work From Home (WFH) ataupun Work From Anywhere (WFA). Di Amerika Serikat, Gallup (2022) menjumpai setidaknya 50% pekerja melakukan silent quitter yang di dominasi oleh Gen Z dan generasi milenial yang berusia di bawah umur 35 tahun. Berdasarkan data, pekerja menjadi silent quitter karena merasa:

  1. Kehilangan seseorang yang peduli dengan mereka
  2. Kurangnya dorongan dan kesempatan untuk berkembang
  3. Merasa tidak mendapat kesempatan untuk belajar
  4. Munculnya stress diakibatkan beban kerja yang dimiliki
  5. Mengalami kelelahan mental dan emosional
  6. Tidak mendapatkan reward ataupun apresiasi oleh atasan, untuk pekerjaan yang sudah dilakukan
  7. Kehilangan harapan dan motivasi pada perusahaan dimana dirinya bekerja

Lantas apa sebenarnya quiet quitters itu?

Quiet quitters adalah pendekatan yang membuat pekerja alih-alih mengundurkan diri dari perusahaan saat merasa tidak nyaman, pekerja justru tetap bekerja namun dengan usaha yang seminimal mungkin, tidak melampaui batas kewajiban, dan menolak untuk terlibat aktif di tempat kerja. Rilfriends dapat melihat tanda-tanda quiet quitters pada rekan kerja berdasar pada:

  1. Tingkat performa kerja menurun dan berada dalam kategori rata-rata dibandingkan sebelumnya
  2. Menjauhkan diri dari rekan kerja
  3. Sering izin bekerja
  4. Beban kerja berkurang, namun mengekspresikan banyak keluhan dan ketidakpuasan
  5. Sebisa mungkin tidak terlibat aktif pada percakapan, aktivitas, ataupun tugas
  6. Hadir pada rapat, namun tidak mencoba memberi tanggapan atau merespon pada diskusi yang sedang dilakukan
  7. Rekan kerja melaporkan adanya peningkatan mendadak pada beban kerja yang harus ditanggung

Melihat ciri-ciri quiet quitters, Rilfriends dapat mengetahui bahwa ini berbeda dengan mencoba menerapkan boundaries atau batasan untuk menyeimbangkan kebutuhan pribadi, kesehatan mental, dan profesionalitas di tempat kerja. Apabila semakin lama menjadi quiet quitters, dapat berdampak pada hilangnya peluang pertumbuhan karir, menurunnya profesionalisme di mata rekruter dan rekan kerja, serta menghalangi meningkatkan rasa kenyamanan di lingkungan kerja. 

Rilfriends dapat membantu rekan kerja ataupun diri sendiri bila menemukan tanda-tanda quiet quitters dengan cara

1. Bercerita dengan konselor profesional yang dapat membantu mengidentifikasi solusi dari permasalahan yang hadir

Mengontak konselor melalui Direct Message (DM) ataupun WhatsApp yang terdapat di instagram @rilis_mi dapat menjadi pilihan terbaik. Bersama dengan konselor profesional dapat membantu meminimalisir terjadinya burnout, menetapkan boundaries, eksplorasi pilihan karir yang sesuai, saran terkait kemungkinan untuk beralih karir, maupun mengoptimalkan minat bakat dalam dunia kerja.

2. Me-time

Merawat diri, melakukan hobi di tengah-tengah kesibukan bekerja, meditasi, makan makanan sehat, berolahraga, dan menjaga pola tidur dapat membantu mengelola dan meminimalisir dampak stress yang timbul akibat pekerjaan.

3. Membuat perencanaan yang matang sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja

Mempertimbangkan konsekuensi dari permasalahan finansial, citra buruk selepas berhenti bekerja, dan yang paling utama bagaimana membuat penilaian yang objektif terkait pilihan karir baru dapat membawa lebih banyak dampak positif dibandingkan karir yang sedang dijalani saat ini

4. Mengelola ekspektasi

Mengetahui jobdesc dan ekspektasi yang diharapkan oleh perusahaan kepada pekerja dapat membuat untuk membuat mengelola ekspektasi, menemukan solusi menyelesaikan tugas sesuai kinerja yang diharapkan, dan menghadirkan rasa nyaman di lingkungan kerja.

Foto: Shutterstock

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart