SINGLE PARENT

single parent

Ekspektasi menikah adalah memiliki pasangan yang mampu memberi keamanan dan kenyamanan sehingga dapat berkomitmen untuk dapat bersama hingga akhir hayat. Nyatanya, dilansir dalam laporan Statistik Indonesia (2022) terdapat 516.334 kasus perceraian. Data meningkat 15.31% dibanding tahun 2021. Adanya perceraian berdampak pada perubahan menjadi single parent, tidak terhindarkan ini akan merubah pola komunikasi, pola asuh, dan finansial dalam keluarga.

Tidak hanya perempuan, laki-laki pun tidak luput dari kemungkinan menjalankan peran single parent. Selain itu menjadi single parent juga dapat disebabkan karena pengabaian, perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, kematian, ataupun hamil di luar ikatan pernikahan.

Seknas PEKKA (2009) melaporkan bahwa 67% ibu tunggal mengalami kesulitan ekonomi setelah perceraian memiliki pendidikan terakhir SMA. Kenyataannya setengah populasi orang tua tunggal hidup dalam kemiskinan, sangat banyak orang tua tunggal berjuang untuk memberikan hidup yang layak bagi anak-anaknya.

Menjadi orang tua tunggal tidaklah mudah. Secara psikologis orang tunggal akan memiliki kecamasan, stress, persepsi kehilangan dukungan sosial, depresi, penurunan motivasi, permasalahan tidur, dan perubahan mood (Kendra, 2022). Pengaruh psikologis berdampak pada kondisi fisik seperti sakit kepala, ketegangan otot, nyeri fisik, permasalahan pencernaan, dan mudahnya sakit karena daya tahan tubuh melemah (Kendra, 2022).   

Dampak negatif dari perceraian dan proses adaptasi yang tidak berlangsung lancar setelah proses berpisah, menjadi sumber munculnya Adverse Childhood Experiences (ACEs) atau yang dikenal secara luas dengan istilah toxic parenting. Kesulitan memenuhi nafkah berpengaruh signifikan pada relasi orang tua anak dan penurunan nilai gizi yang berdampak pada daya tahan tubuh, produktivitas, dan kecerdasan (Nomate dkk, 2017). Perceraian akan dianggap sebagai peristiwa traumatis, yang bila tidak ditangani dengan baik anak akan tumbuh dengan tantangan pada kecenderungan permasalahan kesehatan mental, penggunaan obat-obatan terlarang, mudahnya menjadi pelaku kekerasan, kegagalan pada tugas tahap perkembangan termasuk didalamnya sosial, pekerjaan, keluarga, dan pendidikan.  

Sorotan akan dampak negatif yang banyak terjadi pada perceraian seringkali membuat lupa bahwa tidak semua orang tua tunggal mengalami kegagalan dalam proses mendidik anak. Penting untuk menyoroti bahwa anak yang hidup dengan orang tua tunggal juga memiliki kemampuan emosional dan pandangan pentingnya membangun relasi yang baik dengan orang lain (Emma Brokes, 2022). Banyak anak yang menjadi dewasa lebih cepat secara pola pikir karena melihat orang tuanya menanggung beban peran ganda. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat mencolok dibanding pertumbuhan anak dengan orang tua lengkap.

Orang tua tunggal akan mempelajari pentingnya menyediakan ruang untuk berdiskusi dan mengakhiri konflik, hal ini dapat menjadi bentuk pembelajaran bagi anak terkait bagaimana menyelesaikan permasalahan di masa mendatang. Sisi lain menjadi orang tua tunggal akan lebih menyadari pentingnya meningkatkan kualitas dibanding kuantitas waktu berkomunikasi kepada anak, sehingga akan berdampak pada keterbukaan dan pemahaman kebutuhan lebih mendalam. Namun, semua hal ini tidak akan muncul langsung dalam waktu dekat, diperlukan proses untuk berdaptasi dan menerima kondisi tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai orang tua tunggal adalah:

  1. Rancang waktu me-time. Pahami bahwa menerima kondisi adalah sebuah proses panjang, sulit memiliki waktu pribadi saat menjalani peran ganda terutama dengan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan atau remaja. Namun, coba luangkan sejenak untuk melakukan beberapa kegiatan berikut 10-15 menit di kamar mandi, menonton drama, melakukan relaksasi, dan hobi yang dapat mengalihkan sejenak dari peran yang sedang dijalani sekarang.
  2. Bergabung dengan support group. Bersama dengan orang yang memiliki permasalahan sama akan membantu untuk belajar dan menyelesaikan permasalahan yang muncul. Seringkali hal ini akan memunculkan emosi positif dan motivasi untuk berjuang dalam kondisi tersebut. Support group dapat diakses melalui komunitas kesehatan mental pada media instagram, facebook, telegram, maupun discord.
  3. Membuat batasan. Tidak terhindarkan akan banyak pandangan negatif tentang menjadi orang tua tunggal, jangan biarkan hal ini menguburkan masa depan indah yang dimiliki. Membuat batasan akan sangat membantumu untuk manajemen waktu dan energi sehingga tidak terlalu lelah.

Namun, apabila Rilfriends belum mampu membuat batasan dan kesulitan untuk beradaptasi dalam proses pasca perceraian sehingga mengganggu produktivitas dan menimbulkan kecemasan. Rilfriends dapat mengontak @rilis_mi via Direct Message (DM), konselor kami akan membantumu. Tidak perlu takut akan mendapatkan penghakiman, karena konselor kami hadir untuk menjadi support system.  

Foto: Pregnancy Magazine

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart