Self Harm

Self Harm

Punya masalah munculnya bertubi-tubi, ngga pernah berhenti. Beda banget sama temen-temen dan hidup orang yang aku follow di sosial media.

Sudah coba berbagai teknik yang ada di internet, tapi keinginan menyakiti diri sendiri masih belum berkurang sama sekali, justru rasanya semakin parah.” 

Apabila Rilfriends melampiaskan rasa sakit dan memilih melampiaskan tekanan dengan menyakiti diri secara fisik, tandanya Rilfriends sedang melakukan self-harm. Rilfriends dapat mencoba mengingat kembali, apakah akhir-akhir ini Rilfriends merasa stress, mengalami bullying, sedih berkepanjangan, merasa gagal dalam memenuhi ekspektasi, ataupun muncul kembali memori trauma masa lalu?

Tekanan ataupun tuntutan untuk menjadi sempurna yang muncul bertubi-tubi dalam hidup Rilfriends, namun gagal untuk dilakukan dapat menghadirkan perasaan bahwa diri belum cukup baik dan tidak lagi berharga karena telah gagal memenuhi ekspektasi. Data Centers for Disease Control and Prevention Youth Risk Behavior Surveillance System menyebutkan bahwa 30% remaja perempuan dan 10% remaja laki-laki mengaku telah melakukan self-harm saat merasakan ketidaknyamanan.

Saat Rilfriends merasakan kegagalan dan tidak terpenuhinya ekspektasi, perasaan yang muncul adalah merasa kurang nyaman, sehingga self-harm cenderung dijadikan pilihan sebagai cara melampiaskan tekanan emosional. Perilaku self-harm yang dapat muncul seperti:

  1. Melukai anggota badan dengan benda tajam
  2. Mencabuti rambut
  3. Memukul atau membenturkan diri sendiri
  4. Menusuk kulit menggunakan jarum atau jepit rambut
  5. Mengkonsumsi zat berbahaya yang dapat membahayakan organ dan mengancam nyawa

Saat pertama kali melakukan self-harm, Rilfriends dapat dengan singkat memiliki pengalaman mati rasa, hadirnya perasaan menenangkan, namun apabila dilakukan terus menerus dan jangka panjang dapat membuat Rilfriends sulit untuk berhenti melakukan self-harm.

Saat self-harm dilakukan terus menerus, perlahan Rilfriends akan mulai merasakan:

  1. Rasa malu, bersalah, dan rendah diri
  2. Perasaan terisolasi dari lingkungan keluarga, teman, dan sosial
  3. Depresi
  4. Penurunan pada performa sekolah ataupun kinerja
  5. Sulit mengendalikan keinginan mengonsumsi alkohol, narkoba, ataupun memilih perilaku yang beresiko tinggi
  6. Kecenderungan merencanakan dan memilih untuk bunuh diri

Hubungan antara self-harm dengan resiko bunuh diri ditemukan melalui data bahwa 70% individu yang melakukan self-harm telah mencoba bunuh diri setidaknya sekali, dan 55% melakukan percobaan bunuh diri lebih dari satu kali. Percobaan bunuh diri yang dilakukan, berdasarkan data World Health Organization (WHO) sekitar 800.000 telah dinyatakan meninggal dunia. Data ini disebutkan cenderung mengalami pertambahan setiap tahunnya, terutama pada usia produktif yaitu 20-40 tahun.

Melihat besarnya dampak perilaku self-harm, sangat dianjurkan untuk melibatkan peranan orang tua, sahabat, dan peranan profesional. Orang tua dan sahabat dapat membantu untuk memberi dukungan emosional dan mencegah perilaku beresiko dan berbahayakembali dilakukan, dengan lebih peka memperhatikan tanda-tanda seperti:

  1. Mulai mengalami perubahan perilaku seperti menarik diri dari lingkungan
  2. Pakaian menjadi lebih tertutup dalam cuaca panas bahkan saat di dalam ruangan bersama keluarga
  3. Terdapat bekas luka dan luka baru yang tidak dapat dijelaskan alasan kemunculannya
  4. Lebih emosional dalam menyikapi permasalahan atau saat merespon pembicaraan

Jangan lupa untuk turut juga melibatkan profesional untuk melakukan konseling dan proses terapi yang dapat dilakukan melalui penjadwalan sesi dengan konselor @rilis_mi melalui Direct Message (DM). Rilfriends akan dibantu salah satunya menggunakan Cognitive Behavioral Theraphy (CBT) ataupun Dialectical Behavioral Theraphy (DBT) selama prosesnya.

Foto: depositphotos

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart