Adverse Childhood Experiences: Understanding your Inner Child
Halo, Rilfriends apakah kamu pernah mendengar terkait istilah inner child?
Inner child sering digambarkan sebagai bagian dari diri yang tidak ikut bertumbuh dewasa, bagian dari diri yang menyimpan memori masa lalu termasuk didalamnya memori akan luka di masa lalu. Faktanya, istilah inner child secara ilmiah lebih dikenal dengan Adverse Childhood Experiences (ACEs).
ACEs adalah definisi hadirnya pengalaman traumatis saat individu berusia 1-17 tahun yang menimbulkan hilangnya rasa aman, munculnya luka fisik, dan mempengaruhi kondisi psikologis. ACEs dapat terjadi karena:
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan seksual
3. Kekerasan emosional
4. Tinggal bersama individu yang mengonsumsi alkohol ataupun narkoba
5. Seringkali terekspos dengan adegan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
6. Pengalaman kehilangan orang tua karena alasan perceraian, kematian, atau pengabaian
7. Salah satu anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah pernah menjadi narapidana
Mengejutkannya, penelitian tentang ACEs menemukan setidaknya 60%-80% individu di Amerika Serikat dan 47% individu di Inggris pernah memiliki satu peristiwa traumatis pada saat berusia 1-17 tahun. Bahkan Bellis et al (2014) menyebutkan 9% individu setidaknya memiliki lebih dari 4 peristiwa traumatis. Sehingga, ACEs berdampak pada munculnya kondisi seperti:
1. Permasalahan kesehatan fisik
Akumulasi stress jangka panjang akibat timbulnya pengalaman tidak menyenangkan dapat memperburuk kondisi fisik. Penyakit seperti hipertensi, diabetes, maag, kanker, ataupun jantung dapat muncul sebagai akibat dari ACEs
2. Hadirnya toxic stress
ACEs dapat membuat individu tertekan dengan kondisi yang dialaminya tersebut, dampaknya adalah muncul kondisi toxic stress (stress yang terjadi dan terakumulasi dalam jangka lama). Apabila tidak segera ditangani akan berdampak pada daya tahan tubuh dan perkembangan otak anak termasuk kemampuan fokus, pengambilan keputusan, dan kemampuan belajar
3. Terpengaruhnya kemampuan interpersonal
Hadirnya pengalaman traumatis di masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan mengenali dan mengelola emosi baik untuk diri sendiri atau orang lain. Dalam jangka panjang akan berefek pada kemampuan individu menjalin dan mengelola hubungan sosial, kesulitan adaptasi di sekolah, mudahnya mengalami stress saat bekerja, serta tidak stabilnya finansial
4. Meningkatkan resiko permasalahan kesehatan mental
Individu yang memiliki ACEs akan sangat rentan mengalami kecemasan, panik, merasa diri tidak berharga, depresi, sulit mengelola emosi, kecanduan obat-obatan, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), bahkan hadirnya gangguan bipolar
Memiliki trauma di masa kanak-kanak dapat menjadi suatu hal yang sangat sulit ditangani karena dampaknya yang sangat besar pada diri individu. Sehingga, Rilfriends memerlukan bantuan profesional konselor untuk memulihkan trauma yang hadir karena ACEs.
Hadirnya ketidakstabilan emosional, sulit mengembangkan hubungan sosial yang stabil, dan mempengaruhi produktivitas sehari-hari sering muncul sebagai akibat ACEs. Rilfriends dapat mencoba kontak profesional konselor melalui Direct Message (DM) ataupun WhatsApp yang terdapat di instagram @rilis_mi.
Mendiskusikan ACEs bersama profesional konselor selama sesi konseling dapat membantu memahami dan menentukan proses pemulihan trauma yang paling sesuai bagi individu. Bila masih meragu, Rilfriends dapat memulai untuk mengamati apakah tanda-tanda yang muncul dalam diri individu. Semakin banyak tanda yang ditemukan, semakin besar kebutuhan individu untuk memulai konseling bersama profesional. Tanda-tanda tersebut yaitu:
1. Takut berinteraksi dengan orang lain
2. Insomnia atau hypersomnia
3. Cenderung mudah berubahnya suasana hati atau mood
4. Sulit menunjukan kasih sayang baik pada keluarga, teman dekat, bahkan pasangan
5. Menghindari situasi atau peristiwa yang dapat memicu memori pengalaman traumatis
6. Sulit untuk memahami instruksi dan konsentrasi
Foto: Depositphotos