Good Attitude Leads to Success
Kalau menurut Rilfriends, apakah pekerja ataupun fresh graduate cukup hanya memiliki kompetensi dan skill untuk dapat memperbesar peluang di dunia kerja? Atau justru perlu ditambah dengan good attitude?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Rilfriends harus tahu bahwa attitude mengacu pada hadirnya evaluasi mencakup serangkaian emosi, keyakinan, dan perilaku yang mengarah pada objek, kelompok, subjek, permasalahan, ataupun konsep.
Attitude yang dimiliki seseorang, berkembang berdasarkan pengalaman, faktor sosial, observasi, maupun hasil dari pembelajaran. Singkatnya, Rilfriends dapat memahami bahwa attitude terdiri dari komponen ABC, yaitu:
- Affective: Bagaimana objek, subjek, maupun permasalahan dapat memengaruhi emosi yang Rilfriends rasakan
- Behavioral: Bagaimana attitude dapat mempengaruhi munculnya perilaku
- Cognitive: Terbentuknya sebuah keyakinan dan pemikiran tentang penilaian subjek, objek, permasalahan, ataupun konsep

Tapi, bagaimana semua itu dapat mengarah pada memperluas kesempatan kerja dan meraih kesuksesan?
Menurut Cherry (2017) good attitude dapat mengarah pada peningkatan pengembangan positive mindset, mengurangi tingkat stress, peningkatan kesejahteraan, mengurangi depresi, resiliensi tinggi, maupun peningkatan kesehatan fisik.
Sedangkan, mengembangkan good attitude didunia kerja dapat meningkatkan kemampuan adaptasi, hubungan interpersonal dengan rekan kerja dan atasan, kepemimpinan, bahkan meminimalisir risiko pemecatan.
Paul (2017) bahkan mendukung pernyataan bahwa good attitude dalam dunia kerja, memiliki porsi yang sama pentingnya dengan banyak usaha dan kompetensi yang harus dimiliki oleh pekerja profesional. Karena good attitude yang dimiliki, secara tidak langsung dapat memengaruhi:
- Tingkat kebahagiaan dan produktivitas kerja
- Kreativitas dan inovasi
- Meningkatkan evaluasi positif hasil kinerja yang dilakukan oleh rekan kerja dan atasan
- Menurunnya absensi, kelelahan akibat bekerja, stress, maupun perilaku menunda-nunda pekerjaan (prokrastinasi)
- Meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
- Meningkatkan peluang untuk memiliki promosi

Terdapat beberapa perilaku yang dapat menjadi aktualiasi good attitude di dunia kerja, antara lain menghargai pembicaraan dengan siapapun, memiliki pemikiran positif kepada siapapun dan apapun, memiliki kendali emosi dan intelijensia yang baik, hingga piawai dalam menempatkan diri dan ketika berhadapan dengan seseorang.
Selain itu, terdapat beragam hal kecil lain yang dapat mencerminkan good attitude seseorang di dunia kerja. Utamanya, yang berasal dari kepekaan sosial individu itu sendiri.
Mengembangkan good attitude sendiri merupakan sebuah proses belajar yang panjang ya, Rilfriends. Salah satu cara untuk dapat mengembangkannya adalah dengan berkonsultasi bersama konselor @rilis_mi.
Konseling dengan konselor dapat membantu merumuskan learning plan dan meminimalisir terjadinya bias dalam proses penilaian apakah sebuah perilaku telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Namun, secara mandiri sebelum jadwal konseling dimulai Rilfriends dapat mencoba untuk menerapkan:
1. Memahami pentingnya belajar, memahami, dan memiliki positive attitude
Rilfriends dapat mencoba menelaah emosi negatif apa yang sedang dimiliki saat ini. Setelah menyadari bentuknya, bantu diri untuk mengganti emosi negatif menjadi bentuk emosi positif. Akhiri proses ini dengan mewujudkan emosi positif dengan peningkatan pada fokus kerja, produktivitas, kreativitas, motivasi, dan inovasi
2. Ambil waktu sejenak untuk melakukan refleksi diri
Rilfriends dapat memahami bahwa merubah bad attitude menjadi good attitude dapat memerlukan waktu yang lama, pahami bahwa perlu konsistensi untuk identifikasi dan mengembangkan pengalaman emosional yang lebih positif melalui pembuatan list terkait hal positif yang terjadi setiap harinya ataupun melakukan journaling secara rutin
3. Mengembangkan koneksi sosial
Memiliki persahabatan maupun terhubung secara profesional dengan rekan kerja dapat menjadi cara untuk mengembangkan good attitude. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh persepsi penerimaan sosial dan meminimalisir respon emosi negatif akibat hadirnya ketidaknyamanan
4. Menghindari black and white thinking
Terkadang muncul rasa cemas, khawatir, ataupun takut tidak melakukan sesuatu dengan sempurna. Dampaknya seringkali merugikan karena membuat keinginan menyerah muncul, sebelum mengetahui hasil secara lebih objektif. Rilfriends yang sering memiliki black and white thinking saat proses belajar. Apabila kesulitan untuk mengelolanya seorang diri, disarankan untuk mulai menjadwalkan sesi konseling bersama konselor profesional rilis.mi.

Foto: Istock