Vulnerable
“Rilfriends, apakah kamu sering merasa bahwa hidup tidak sedang berada di bawah kendalimu? Sejalan dengan waktu, berkali-kali mencoba, merasa semakin sulit untuk mengatasi permasalahan, menerima kekurangan dalam diri, bahkan merasa semakin terisolasi?”
Apa yang, Rilfriends alami bisa jadi sebagai akibat munculnya vulnerable yaitu kerentanan yang dirasakan karena hadirnya ketidakpastian yang berdampak pada ketidaknyamanan psikologis dan fisik. Mayoritas orang, saat merasa rentan, akan merasa sulit untuk
- Mengungkapkan pikiran dan kebutuhan, karena hadirnya resiko akan mengalami penolakan
- Membuat boundaries terkait batasan dan ekspektasi hubungan yang sedang dijalani
- Mempertahankan gambaran dan konsep diri
- Membicarakan masa lalu, kesalahan, dan detail personal kepada orang lain
- Mengendalikan regulasi emosi, sehingga rentan untuk muncul emosi malu, sedih, cemas, ataupun takut
- Mengembangkan kepercayaan dengan keluarga, teman, ataupun rekan kerja
Vulnerable hadir dalam diri individu, dipercaya karena dampak peristiwa masa lalu yang belum terselesaikan. Pernah mengalami Adverse Chilhood Experiences (ACEs) atau yang lebih dikenal dengan inner child dapat menyebabkan vulnerable. Tidak hanya itu, pengalaman traumatis saat dewasa juga dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Penelitian Birkmann (2006) menambahkan bahwa memiliki permasalahan finansial, kondisi fisik tidak sempurna, broken home, wanita hamil atau menyusui, dan individu lanjut usia juga rentan mengalami vulnerable. Pengalaman-pengalaman yang dialami, munculnya kerentananan yang dirasakan, dan belum pulihnya luka emosional dapat membuat individu memilih menutup diri sebagai bentuk mekanisme pertahanan ego. Apabila dibiarkan dalam jangka panjang, tidak menutup kemungkinan akan hadir:
- Resiko munculnya trauma baru
- Perasaan terisolasi dan kesendirian
- Gangguan depresi, bipolar, ataupun gangguan kecemasan
- Rentan mengalami penurunan kondisi fisik
Apabila ketidaknyamanan menjadi sangat mengganggu produktivitas ditambah dengan ciri-ciri dampak jangka panjang vulnerable dirasa mulai hadir, disarankan untuk mencoba berkonsultasi dengan profesional konselor rilismi atau mencoba melakukan tindak penanganan pertama, yaitu:
1. Temukan ruang aman dan belajar untuk mengidentifikasi emosi
Saat mengalami vulnerable penting untuk menemukan ruang aman untuk mengeksplorasi, menenangkan diri, mengelola emosi yang muncul, belajar untuk menaruh fokus pada masa kini dibandingkan masa lalu, dan mengidentifikasi emosi untuk mengelola respon yang akan muncul
2. Melakukan teknik grounding
Teknik grounding dilakukan dengan mengalihkan fokus pancaindra. Rilfriends dapat mulai melakukannya dengan tahapan sadari sekitarmu dan fokus untuk menyebutkan lima benda yang terlihat oleh mata, empat benda yang dapat dirasakan oleh indera peraba, tiga suara yang Rilfriends dengar, dua bau yang dapat dicium, dan satu yang terasa oleh indera perasa.
3. Belajar untuk menerima diri apa adanya, bukan ada apanya
Memaafkan diri dan memaafkan luka masa lalu seringkali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba perlahan berdamai dengan kondisi yang terjadi. Perlahan sadari bahwa Rilfriends adalah individu yang berharga dengan menemukan kebermanfaatan sosial dan kebahagiaan diri melalui berbagai eksplorasi kegiatan.
4. Reframe vulnerability
Kerentanan seringkali dianggap sebagai kelemahaman. Namun, berpikir sebaliknya dan menjadikan kerentanan menjadi kekuatan dapat membantu untuk melewati ketidaknyamanan yang dirasakan. Caranya dengan memahami apa saja protective factors yang Rilfriends miliki. Protective factors berupa lingkungan keluarga yang suportif, kemapanan finansial dan memiliki support system
Selama prosesnya, Rilfriends tidak harus memaksakan berjuang seorang diri. Konselor rilismi siap untuk menolongmu pulih dari kerentanan yang kamu rasakan sekaligus membantu menemukan versi terbaik dari dirimu. Rilfriends dapat mencoba mengontak kami melalui Direct Message (DM) ataupun nomor WhatsApp yang terdapat di bio instagram @rilis_mi.
Foto: freepik