Work-Life Balance Hanyalah Mitos

Work-Life Balance Hanyalah Mitos

Bagi kita yang sudah bekerja, rasa lelah mungkin akan muncul di saat-saat tertentu. Bayangkan saja ketika diri kita harus menghadapi berbagai target dan deadlines yang harus kita penuhi.

Boleh jadi, di saat-saat inilah, keinginan untuk menyerah muncul. Kita pun akhirnya mulai berpikir kalau kita tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Rasanya, semua waktu yang kita punya kita habiskan hanya untuk pekerjaan.

Wajar apabila kita merasa demikian. Stres yang muncul akibat pekerjaan kadang terasa begitu overwhelming (berlimpah-limpah) dan membuat kita merasa kewalahan.

Contoh yang paling jelas yang kita bisa ambil adalah sosok Jules Ostin yang diperankan oleh Anne Hathaway dalam film The Intern (2015). Jules adalah seorang CEO perempuan muda yang berhasil membesarkan sebuah bisnis e-commerce start-up fesyen dengan nama merek About The Fit, sebuah start-up yang memenuhi kebutuhan pakaian bagi banyak perempuan muda.

Namun, kehidupan Jules mulai crumbling (runtuh) dengan perusahaannya yang semakin bertumbuh besar. Meski menjadi seorang perempuan yang sudah berkeluarga, waktu yang dia punya lebih banyak dihabiskan untuk urusan pekerjaan.

Berbagai persoalan dan ekspektasi akhirnya mulai mengepung dirinya – mulai dari ekspektasi sebagai seorang perempuan yang harus bisa memasak, ekspektasi sebagai seorang ibu dan istri, suaminya yang ternyata selingkuh, hingga anggapan bahwa Jules ialah seorang CEO yang tidak cukup kompeten untuk mengurusi perusahaannya.

Kehidupan Jules yang mulai crumbling ini akhirnya terbantu dengan hadirnya seorang staf magang “senior” bernama Ben Whittaker. Ben yang merupakan seorang pensiunan memiliki banyak pengalaman – baik dalam dunia pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi.

Akhirnya, Ben yang hanya seorang staf magang ini kerap menemani Jules karena bisa memberikan nasihat dan wejangan buat sang CEO. Jules sendiri sudah hampir menyerah dan berencana untuk mundur dari posisinya sebagai CEO agar memiliki waktu lebih banyak untuk keluarganya.

Namun, Ben pun menyarankan sebaliknya. Ben mengatakan pada Jules bahwa dirinya sudah cukup baik menjalankan pekerjaannya sebagai seorang CEO. Membesarkan sebuah bisnis yang dia mulai hanya dari dapur rumahnya dan menjadi bisnis yang dibutuhkan banyak perempuan muda bukanlah perkara mudah.

Setelah berbagai pertimbangan dan perbincangannya dengan suaminya, Matt Ostin, Jules akhirnya memutuskan untuk mempertahankan posisinya sebagai CEO About The Fit. Jules kemudian menemui Ben dan akhirnya melakukan aktivitas tai chi bersamanya, melambangkan bagaimana Jules akhirnya bisa merasa tenang dan relaxed atas keputusan yang dipilih.

Seperti yang dijelaskan oleh David McNeff dalam bukunya yang berjudul The Work-Life Balance Myth, masing-masing dari kita mempunyai tujuh kompenen kehidupan, yakni professional life (pekerjaan), family life (keluarga), personal life (pribadi), physical life (fisik), emotional life (emosi), intellectual life (intelektual), dan spiritual life.

McNeff menyebutkan bahwa sebenarnya tidak mungkin kita bisa menciptakan keseimbangan (balance) dari tujuh komponen ini. Apa yang dibutuhkan adalah bukan untuk membuat semuanya seimbang, melainkan untuk menciptakan harmoni atas ketujuh komponen itu.

Boleh jadi, keputusan yang diambil oleh Jules adalah bagaimana dirinya akhirnya menemukan harmoni atas apa “balance” yang dicari-cari selama ini. Alih-alih memilih untuk meninggalkan kehidupan pekerjaannya, Jules lebih memilih bagaimana caranya bisa membuat potongan-potongan kehidupannya ini bisa sejalan.

Mungkin, apa yang kita butuhkan ketika merasa stres atas pekerjaan dan ekspektasi yang overwhelming, kita bisa mengalihkan dari angan-angan “balance” yang tidak mungkin terjadi ke bagaimana menciptakan harmoni seperti apa yang Jules putuskan.

Harmony makes small things grow, lack of it makes great things decay,” – Sallust

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart