Healing
Pernahkah kalian menonton film yang berjudul Eat Pray Love (2010)? Atau mungkin kalian pernah membaca sebuah buku perjalanan hidup dari Elizabeth Gilbert yang berjudul Eat, Pray, Love: One Woman’s Search for Everything Across Italy, India and Indonesia (2006)?
Perjalanan Gilbert yang akhirnya dibuat ke dalam film yang dibintangi Julia Roberts itu merupakan sebuah perjalanan dari satu negara ke negara-negara lainnya. Dia pergi berkeliling dari Italia di Eropa, India di Asia Selatan, hingga Indonesia di Asia Tenggara.
Apa alasan awal Gilbert untuk pergi mengarungi dunia? Hanya satu alasannya, yakni karena ingin mencari apa yang sebenarnya diinginkannya dalam hidup ini. Gilbert merasa tidak bahagia meskipun sudah memiliki kehidupan yang bisa dibilang layak – seperti karier menjanjikan, suami, dan rumah.
Kisah seseorang yang kebingungan dan kehilangan arah hingga berujung tidak bahagia ini tidak hanya dikemas dengan apik dalam film Eat Pray Love, melainkan juga dalam sebuah film dari Korea Selatan (Korsel) yang berjudul Little Forest (2018).
Dalam film itu, dikisahkan perjalanan hidup seorang perempuan muda bernama Song Hye-won yang tinggal di kota besar dan modern seperti Seoul. Namun, hidup pun terasa dipenuhi dengan kekecewaan setelah Hye-won gagal menjadi guru yang merupakan profesi yang diidam-idamkannya.
Alhasil, Hye-won pun memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halamannya – sebuah desa kecil di Korsel. Di sana, dengan menghargai waktu secara lebih, Hye-won akhirnya belajar untuk menerima dirinya kembali serta duka yang dilaluinya di masa lampau.
Hidup kadang terasa tidak mudah. Tanpa kita sadari, seperti apa yang dirasakan Gilbert dan Hye-won, persoalan pun datang satu per satu ke dalam kehidupan kita. Tiba-tiba, rasa tidak bahagia timbul dalam benak kita – apalagi saat hal-hal yang tidak menyenangkan bisa jadi trigger.
Nah, apa yang dilakukan Gilbert dan Hye-won dalam merespons ketidakbahagian ini bisa jadi salah satu bentuk dari apa yang disebut healing – sebuah istilah yang tengah ramai digunakan oleh kelompok Milenial dan Gen Z di Indonesia. Mengacu pada jurnal berjudul Health and Wellness Benefits of Travel Experiences dari Chun-Chu Chen dan James Petrick, traveling memang membawa manfaat bagi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Mungkin, traveling memang menjadi salah satu cara healing yang ampuh. Namun, layaknya cinta yang banyak bentuknya – seperti kata Tulus dalam lagu “Sepatu” (2014), healing pun juga ada banyak bentuknya.
Dari sisi diri sendiri, misalnya, mengacu pada tulisan Why We Heal dari Brandon A. Kohrt dan rekan-rekannya, kita bisa memproses kesedihan (emotional distress) dengan menggunakan respons-respons yang bisa berujung pada kepuasan diri (emotional fulfilment) – misal dengan bernyanyi untuk menghibur diri. Selain itu, kita juga bisa merespons dengan mengatur emosi kita sendiri, yakni dengan self-regulation.
Namun, banyak dari kita masih belum sanggup melakukan dua respons emosional itu. Lantas, apa yang perlu kita lakukan? Kohrt dan rekan-rekannya mengatakan bahwa kita bisa meminta bantuan dari lingkungan sosial kita – seperti orang tua, keluarga, sahabat, teman, hingga pasangan.
Seperti lirik lagu Bruno Mars yang berjudul “Count on Me” (2010), kehadiran teman dan sahabat di sisi kita bisa membantu kita menemukan cahaya kembali dalam menghadapi persoalan yang ada. “I’ll be the light to guide you,” begitu bunyi lagu Bruno Mars itu.
Terlepas dari cara healing yang mana yang kita pilih, healing memang jadi proses yang dibutuhkan seseorang bila melalui persoalan-persoalan hidup yang terasa berat – mulai dari work-life balance yang tidak seimbang, persoalan finansial yang makin sulit karena inflasi dan kenaikan harga energi, putus cinta dan kehidupan asmara yang tidak lancar, hingga persoalan keluarga yang kadang datang secara tidak terduga.
Dunia memang bergerak sangat cepat saat ini – belum lagi kadang rasa tertekan juga datang dari perasaan fear of missing out (FOMO). Menjadi wajar bila kita kadang merasa sedih dan tidak bahagia. Dan, karena itulah, healing bisa jadi esensial buat kesehatan kita sendiri – baik kesehatan fisik maupun mental.