Love Is Not Equal to Sex
Hai, Rilfriends! Sempat dengar istilah “Bandung Lautan Asmara” di tahun 2014 atau berita tentang peningkatan kasus mahasiswa di Bandung yang terjangkit HIV? Kedua kehebohan terjadi karena semakin maraknya perilaku seksual pra-nikah.
Guttmacher Institute merilis data bahwa 95% individu telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah termasuk didalamnya individu pada tahap perkembangan remaja. Diungkap oleh Fortenberry (2013), hal yang mendasari mudahnya remaja melakukan hubungan seks pra-nikah dikarenakan pengaruh perubahan neural dan hormon.
Nucleus accumbens dan amygdala telah memainkan peran penting pada pemrosesan informasi selama masa pubertas yang berpengaruh pada perubahan dan dorongan terjadinya perilaku seksual. Ditambah dengan peranan hormon testosteron yang berasosiasi pada pemrosesan informasi terutama pembentukan hubungan romantis dan sexual cognition.
Adanya perubahan yang tidak disadari oleh individu selama masa perkembangan remaja mendorong adanya keinginan untuk melampiaskan gairah seksual dengan berhubungan badan. Kegagalan pada tugas ini akan berdampak pada hadirnya ketidakpuasan dan tingginya nilai depresi, khususnya bagi remaja perempuan. Dorongan untuk diterima secara sosial dengan memiliki relasi romantis semakin meningkat dengan perubahan persepsi akan norma sosial yang berlaku.
Ekspektasi penerimaan sosial bagi remaja, menurut Ryan dan Cookingham (2015), berpusat pada perubahan tren di media sosial (medsos). Remaja memiliki persepsi penerimaan sosial dan cinta sejati dengan berpartisipasi aktif pada perilaku yang dianggap “normal” dan “diterima” walaupun memiliki risiko tinggi termasuk didalamnya melakukan seks pra-nikah.
Psikolog Philip Shaver dan Cynthia Hazan membantah kesamaan antara cinta dan seksualitas. Menurut mereka, cinta merupakan bentuk kepedulian yang berkembang dengan keterikatan yang terjalin antara dua orang, dan hubungan seks hanya merupakan pelengkap. Peneliti Helen Fisher menyatakan bahwa, seks merupakan tahap terendah dari cinta karena didominasi oleh gairah yang hadir karena pengaruh hormon testosteron dan esterogen. Dimana kedua hormon tersebut tidak dapat membuat hubungan menjadi jangka lama.
Kebutuhan untuk cinta menjadi kompleks. Hadirnya hormon oxytocin, vasopressin, dan dopamin menjadi penting dalam cinta romantis dibandingkan hadirnya gairah yang di dorong oleh testoreteron dan esterogen. Apabila ketiga hormon mampu mendominasi dalam cinta, maka dapat memunculkan kenyamanan, keterikatan, dukungan moral, dan ketenangan yang mana tidak dapat diukur hanya dengan intensitas hubungan seksual.
Apabila Rilfriends sedang kebingungan dengan kondisi hubungan yang sedang dijalani, apakah hanya merupakan dorongan gairah atau dapat dinyatakan sebagai cinta. Kamu bisa coba renungkan alasan hubungan yang sedang di jalani saat ini.
Menemukan alasan dari suatu hubungan dapat membawa kamu kepada pemahaman apakah komunikasi selama kamu menjalin relasi romantis dapat mengeksplorasi berbagai emosi. Cinta tidak sekedar bahagia, namun menemukan pasangan di waktu yang tepat dan menerima segala sisi buruk dari orang tersebut.
Menemukan berbagai sisi baru dari pasangan dapat menimbulkan keterikatan, penerimaan, mengembangkan kepercayaan, dan komitmen untuk hubungan jangka panjang. Namun bila sebaliknya, bisa jadi kalian bersama merupakan bentuk dorongan gairah akan ketertarikan fisik semata.
Berkomitmen dengan pasangan, bahkan menunda untuk melampiaskan gairah seksual setelah menikah menurut penelitian dapat berkontribusi pada relasi romantis. Andrew Magers, seorang psikolog klinis menyebutkan bahwa terdapat peningkatan kepuasan dan kualitas hubungan pada pasangan.
Seks yang dilakukan setelah menikah, dianggap tidak hanya sebagai simbol, tapi kesempatan untuk mengenali pasangan dengan mengeksplorasi setiap sisi yang tidak bergantung hanya secara fisik. Sehingga, menunggu untuk melakukan hubungan seksual setelah menikah adalah tentang mencari cinta dengan menemukan orang di waktu yang tepat
Nah, memahami cinta lebih dari sekedar ketertarikan fisik ataupun gairah seks, terkadang dapat memusingkan apalagi dengan keinginan menjalin hubungan komitmen jangka panjang. Tapi, tenang saja Rilfriends, apabila kamu ingin berkonsultasi tentang cinta dan bagaimana menemukan pasangan yang tepat, kamu bisa berdiskusi dengan konselor kami melalui instagram @rilis_mi. Tidak perlu takut untuk bercerita, karena kamu berhak untuk menemukan cinta.
Foto: Envato